Halo, SAYA SYAHRUL

Selamat Datang di Blog Pribadi Saya

About Me

WHO AM I

Halo! Nama saya Syahrul Candra Ardani atau akrab dipanggil Syahrul. Saya merupakan mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri Malang. Saya lahir di Pacitan pada 8 Juli 2001. Meskipun saya kuliah di jurusan ke-IPA-an, tetapi saya memiliki ketertarikan terhadap desain grafis dan edit video. Bagi saya, kedua hal tersebut merupakan keahlian yang tidak dimiliki banyak orang dan memiliki peluang yang sangat besar.

Saya membuat blog ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Dr. Parno, M.Si.,. Kedepannya, blog ini akan saya gunakan untuk mempublikasikan karya saya.

Jika kamu tertarik dengan karya saya, hubungi saya melalui DM Instagram Saya. Terimakasih.

Kunjungi Juga Website Kelompok 4

Whats-App-Image-2021-08-01-at-21-09-15

Syahrul Candra Ardani Mahasiswa

My Services

WHAT I CAN DO

Web designing

Video Editing

Graphic Designing

Berikut apa yang bisa saya lakukan untuk membantu anda:
  • Graphics 79%
  • HTML5 CSS3 65%
  • Video Editing 77%
  • Blogger 79%

Blog

MY BEST WORKS
no image

 

MAKALAH

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang Diampu oleh:

Dr. Parno, M. Si


Disusun Oleh :

Syahrul Candra Ardani (200351615623)


UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DESEMBER 2021



Untuk mengakses makalah, klik link di bawah:

MAKALAH IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

no image

Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan merupakan perangkat wawasan yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan teknik dalam mencapai target tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai sebuah perspektif atau cara pandang seorang dalam menyikapi sesuatu.

Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran.

Terdapat beberapa hal yang perlu digunakan untuk mengklasifikasi strategi pembelajaran, antara lain:

1.      Expository dan Discovery/Inquiry

Pembelajaran telah diorganisasikan oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu, pembelajaran itu disebut ekspositori. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa kontinum tersebut di atas berguna bagi guru dalam memilih metode pembelajaran. Titik-titik yang bergerak dari ujung kiri sampai ke ujung kanan mengandung unsur-unsur ekspositori dengan berbagai metode yang bergerak sedikit demi sedikit sampai pada unsur discovery (penemuan). Dalam kenyataan hampir tidak ada discovery murni, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode pembelajaran yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran.

Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositori dengan metode ekspositori pula. Begitu pula dengan discovery/inquiry sehingga suatu ketika ekspositori- discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi pembelajaran, tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode pembelajaran. 

Dari strategi ekspositori, guru dapat memilih metode ceramah apabila ia hanya akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalah atau memilih eksperimen apabila ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Strategi mana yang lebih dominan digunakan oleh guru tampak pada contoh berikut.

a.        Pada Taman Kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan berdiri pada jalur penyeberangan dan menanti lampu lalu lintas sesuai dengan urutan warna. Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositori ia mengemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati aturan tersebut.

b.       Dengan menunjukkan sebuah media film yang berjudul “Pengamanan jalan menuju sekolah”, guru ingin membantu siswa untuk merencanakan jalan yang terbaik dari sekolah ke rumah masing-masing dan menetapkan peraturan untuk perjalanan yang aman dari dan ke sekolah. Dengan film sebagai media pembelajaran, akan merupakan ekspositori apabila direncanakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus diperbuat, siswa diharapkan menerima dan melaksanakan informasi tersebut. Akan tetapi, strategi itu akan menjadi discovery atau inkuiri apabila guru meminta anak-anak untuk merencanakan sendiri jalan-jalan dari rumah masing-masing. Strategi ini akan menyebabkan, anak berpikir untuk dapat menemukan jalan yang dianggap terbaik bagi diri masing-masing. Tugas tersebut memungkinkan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum siswa sampai pada penemuan-penemuan yang dianggapnya terbaik. Mungkin siswa perlu mengujicobakan penemuannya, kemungkinan mencari jalan lain kalau dianggap kurang baik.

Dari contoh sederhana tersebut dapat dilihat bahwa suatu strategi yang diterapkan guru, tidak selalu mutlak ekspositori atau discovery. Guru dapat mengombinasikan berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai suatu tujuan.

2.      Discovery dan Inquiry

Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan) penemuan adalah proses mental yang mengharapkansiswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, dan membuat kesimpulan. Konsep, misalnya bundar, segitiga, demokrasi, dan energi. Prinsip, misalnya “setiap logam apabila dipanaskan memuai”. Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam). Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan masalah, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu baik, untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. Salah satu bentuk discovery yang disebut Guided Discovery (discovery terbimbing), guru memberi beberapa petunjuk kepada siswa untuk membantu siswa menghindari jalan buntu. Guru memberi pertanyaan atau mengungkapkan dilema yang membutuhkan pemecahan-pemecahan, menyediakan materi-materi yang sesuai dan menarik, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan dan menguji hipotesis. Secara berturut-turut langkah discovery terbimbing sebagai berikut.

a.       Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dalam pertanyaan atau pernyataan.

b.      Jelas tingkat/kelasnya (misalnya SMP kelas III).

c.       Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.

d.      Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan.

e.       Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.

f.        Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

g.      Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.

h.      Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

i.        Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.

Adapun langkah-langkah inquiry sebagai berikut.

a.       Menentukan masalah.

b.      Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan.

c.       Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan.

d.      Perumusan keterangan yang diperoleh.

e.       Analisis proses inquiry.

 

3.       Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Sejak dulu cara belajar ini telah ada, yaitu bahwa dalam  kelas mesti terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa. Hanya saja kadar(tingkat) keterlibatan siswa itu yang berbeda. Jika dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada siswa (student centered).

Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas maka kewajiban gurulah untuk memberi stimulus agar siswa mampu menampilkan potensi itu, betapa pun sederhananya. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya sehingga siswa memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses pembelajaran seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. 

no image

 Tujuan Pembelajaran

 

 Setiap guru perlu memahami tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan memiliki kaitan yang sangat erat terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil ketika siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Tujuan pembelajaran merupakan perilaku hasil belajar yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai tujuan pembelajaran:

1. Robert F Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah    perilaku yang hendak yang hendak dicapai atau yang dapat yang dapat dikerjakan oleh si oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

2. Kemp (1977) dan David F. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan  pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan oleh  perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk  menggambarkan hasil belajar menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. yang diharapkan.

3. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan setelah tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.

Meskipun para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa :

1. Tujuan Pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

2. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu pemikiran David E. Kapel  bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan  pembelajaran dibuat secara tertulis ( Written Plan )

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Tugas UAS Makalah Individu

  MAKALAH IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan ...

Contact Me

Get in touch